Tuesday, September 20, 2016

AOE: Bangkok Hari #1

 CGK to DMK

Bangkok memang sudah menjadi tujuan liburan saya dan grup dari lama tapi belum sempat terealisasi karena bentrok jadwal satu sama lain. Tahun ini, kami memiliki kesempatan emas untuk berkunjung kesana karena kami menemukan waktu yang pas untuk berlibur. Tiket pesawat pun kami cari dengan semangat. Bukan hal yang mudah untuk menemukan tiket pesawat murah. Promosi yang ditawarkan oleh para agen kami dapatkan, tapi tidak segampang membalikan tangan. Uang yang tersedia saat itu menjadi kendala, akibatnya tiket selalu kehabisan. Kami mencoba segala cara dari mulai mencoba cek di maskapai langsung pada jam tertentu sampai menanyakan kepada teman-teman yang sudah berpengalaman traveling kesana. Kami hampir saja frustasi bertaruh dengan waktu yang sudah ditetapkan. Waktu pun berjalan semakin mendekati hari H. Kami sempat ingin menyerah untuk membeli tiket reguler yang harganya cukup mahal, yaitu hampir IDR 2 juta untuk pulang pergi per orangnya (memang berencana untuk traveling low budget); sampai akhirnya rezeki kami pun datang. Promosi baru mulai disebarkan oleh para agen. Ada 3 agen yang kami pilih, salah satunya kami jadikan partner apabila mencari tiket pesawat kemana saja karena harga tiket di agen tersebut lebih murah dari yang lainnya, dapat dipercaya, dan servisnya pun cukup memuaskan. Kami mendapatkan tiket CGK- DMK seharga IDR 850 ribu untuk pulang pergi perorangnya. Lebih dari 50% murahnya dari tiket reguler. Kami langsung membeli tiket tersebut tanpa menunggu lagi dan rencana kami untuk liburan ke Bangkok akhirnya terealisasi.

Selain mencari tiket pesawat, kami juga harus mencari tempat penginapan. Saya pribadi memilih situs Booking.com (bukan promosi ya) karena di situs tersebut, saya dapat booking terlebih dahulu tanpa ada pembayaran sedikitpun dan gratis biaya pembatalan (apabila terdapat informasi "free cancelation"). Beberapa penginapan pun kami sortir dan akhirnya kami dapat satu penginapan yang sesuai dengan selera kami. Murah, nyaman, bersih, dan tidak banyak aturan. Adalah O'Nidra house, sebuah guest house 5 lantai yang terletak di Surawong road, Bangkok. Tempat ini menyediakan kamar seperti asrama, satu kamar sharing dengan customer lainnya. Kami memilih kamar tersebut karena grup kami memang terdiri dari 4 orang dan tidak ingin terpisah karena masalah kenyamanan dan keamanan. Harga yang kami bayar pun cukup murah yaitu THB 4025 untuk 4 orang dan 4 malam. Jadi seorangnya sekitar THB 251 atau sekitar IDR 95 ribu per malamnya. Cukup murah kan?

Waktu terus berjalan. Hari H pun tiba. Kami semua bergegas berangkat ke bandara Soekarno-Hatta dan tiba pada pukul 3 sore karena jadwal keberangkatan kami pada pukul setengah 5 sore. Ketika sampai dan melihat jadwal keberangkatan, pesawat kami ternyata delay 2.5 jam. Kami pasrah menghabiskan waktu di bandara. Makan, ngobrol-ngobrol, dance, dan aktivitas lainnya kami lakukan di bandara. Sekitar pukul setengah 6 sore, kami memasuki area boarding room. Pihak maskapai pun meminta maaf karena delay dan memberi para penumpang nasi kotak sebagai permintaan maaf. Kami tentu saja cukup senang karena mendapatkan makan malam gratis. Hahaha... Nasi kotak tersebut langsung kami santap sampai habis karena memang sudah cukup lapar setelah menunggu 2.5 jam.

Waktu menunjukan pukul 7 malam, tapi kami pun belum diminta untuk masuk ke dalam pesawat. Ada beberapa penumpang lain yang marah karena tidak ada penjelasan tentang keterlambatan keberangkatan. Kami hanya sibuk dengan diri kami sendiri karena marah pun tidak akan membuat kami semua berangkat. Pihak maskapai kembali meminta maaf melalui pengeras suara karena pesawat kembali delay 1 jam. Sesaat setelah mendapatkan informasi tersebut, kami kembali melakukan aktivitas-aktivitas yang sebelumnya kami lakukan untuk menghabiskan waktu.


Berjam-jam menunggu keberangkatan.
PUKUL SETENGAH 9 MALAM!! Akhirnya kami dipersilakan untuk masuk ke dalam pesawat dan tidak lama kemudian kami pun diberangkatkan menuju bandara Don Mueang, Bangkok.

Setelah sekitar 3 jam perjalanan CGK-DMK, akhirnya kami sampai di DMK. Kami semua turun menuju bagian imigrasi. Pendatang yang masuk ke imigrasi sangat banyak sampai mengantri 5 baris!! Dengan sabar kami menunggu sampai akhirnya berhasil masuk ke dalam area bandaranya. Ada satu hal yang menyita perhatian saya. Pada saat itu sudah pukul 1 malam dan kami harus melewati bagian bea cukai/pengecekan barang yang akan masuk ke kota Bangkok. Begitu masuk ke area bea cukai tersebut, saya tidak melihat satu pun orang yang menjaga. Hanya ada mesin scan barang yang tidak dijalankan di area tersebut. Awalnya saya bingung, takut salah masuk area, tapi petugas setempat membenarkan bahwa pintu keluar harus melewati area tersebut. Kami pun bisa keluar tanpa ada pengecekan barang sama sekali. Aneh bukan? Gimana kalo ada barang-barang aneh ya?
Menunggu antrian di bandara Don Mueang, Bangkok.
Sesaat setelah keluar bandara, kami langsung mencari kartu sim untuk jaga-jaga apabila kami tersesat. Memang di sekitar bandara banyak yang menjual kartu perdana beserta paket yang ditawarkan. Kami memilih kartu "True Move" tak lain hanya karena paket datanya. Mereka menawarkan paket data turis yang terdiri dari pulsa THB 100, kuota full speed koneksi data sebesar 2 atau 3.5 GB (lupa), dan memang sudah menggunakan koneksi 4G. Harga kartu tersebut hampir sama dengan harga kartu perdana di Indonesia yaitu sekitar THB 299 atau kurang lebih sekitar IDR 120 ribu. Kami juga meminta tolong kepada si penjual untuk men-setup kartu perdana tersebut karena tulisan yang tersedia di awal adalah tulisan Thailand yang tidak kami mengerti. Dan ketika kami sudah memiliki koneksi internet, kami langsung memesan Uber karena saat itu sudah terlalu larut malam (sekitar pukul 2 pagi).


True Move sim card
Begitu sampai di O'Nidra house, kami langsung masuk dari pintu belakang. Awalnya kami bingung karena tempat tersebut terlihat tutup dari luar. Begitu kami telepon sang penjaga, kami pun diberi password untuk membuka pintu belakang dan uniknya lagi, para pelanggan yang datangnya melewati jam check-in (21:00), dipajang nama dan kamar serta lantainya di pintu belakang. Kami langsung bergegas menuju kamar kami di lantai 2 untuk beristirahat.


Ucapan selamat datang di depan pintu kamar.
Kamar yang kami tempati.
Keesokan harinya, kami melakukan check-in dan membayar penginapan terlebih dahulu. Biaya penginapan kami untuk 4 orang dan 4 malam hanya THB 4025 atau sekitar IDR 1.5 juta. Dengan kamar yang nyaman dan bersih, harga tersebut sudah sangat murah.

Chatuchak Weekend Market

Hari kedatangan kami adalah hari minggu dan kami memutuskan untuk belanja terlebih dahulu di salah satu pasar weekend terkenal di Bangkok yaitu Chatuchak Weekend Market. Untuk menuju ke pasar ini, kami perlu menaiki BTS (Bangkok Mass Transit System). Kami berkonsultasi terlebih dahulu kepada petugas BTS setempat. Sistemnya mirip MRT di Singapura, namun hanya paket yang ditawarkannya saja yang berbeda. BTS memiliki paket untuk turis yang dibuat berdasarkan jumlah trip dan valid untuk 7 hari. Bangkok memberi nama kartu tersebut "Rabbit card". Setelah berdiskusi selama beberapa menit, akhirnya kami memutuskan untuk membeli paket dengan 25 trip selama 7 hari karena kami memprediksikan akan sering menggunakan BTS untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Harga total yang dikeluarkan sekitar THB 3000 untuk 4 Rabbit card. Cukup mahal untuk low budget traveler, tapi kami tidak mempermasalahkannya. Toh, kami pun akan sering berpindah-pindah tempat dari tempat satu ke tempat lainnya.
Rabbit card.
Stasiun Surasak.

Setelah itu, kami langsung bergegas menuju tujuan dengan menggunakan kartu tersebut. Perjalanan dari stasiun terdekat (stasiun Surasak) menuju stasiun yang dekat dengan Chatuchak Weekend Market (stasiun Mo Chit) memakan waktu sekitar 15 menit. Begitu sampai di stasiun Mo Chit, kami tinggal berjalan kaki beberapa puluh meter untuk mencapai Chatuchak. Keramaian pun terlihat semenjak kami turun dari BTS. Banyak sekali turis yang berlalu-lalang di stasiun dan sekitarnya. Suasana khas pasar tradisional menandakan bahwa kami sudah sampai di tempat tujuan. Berbagai macam street food terlihat di tempat ini dan berhasil mencuri perhatian kami. Mata kami tidak bisa lepas dari jajanan tersebut. Kami membeli daging ayam yang ditusuk seperti sate dan juga sosis tusuk (mungkin makanan seperti ini bisa ditemukan dimana-mana, tapi entah kenapa jajanan seperti ini sangat menggiurkan di Bangkok) dengan harga hanya THB 10!!! WOW!! Cukup kaget ada yang menjual daging ayam, sapi, ikan, maupun babi dengan harga segitu. Selain itu, kami pun membeli spring roll atau di Indonesia terkenal dengan lumpia kering. Banyak sekali street food yang menarik perhatian kami. Bangkok memang terkenal dengan street food.

Tidak lama kemudian, kami memutuskan untuk makan siang di pasar ini. Kami memilih makan di pinggir jalan agar dapat aspek authentic-nya. Kami memesan Pad Thai, Ayam goreng 1 ekor, dan juga Mango Sticky Rice. Kami berekspetasi sangat tinggi terutama untuk Pad Thai dan Mango Sticky Rice karena memang 2 makanan tersebut adalah salah satu makanan Thailand yang paling terkenal. Setelah menunggu sekitar 10 menit, makanan pun datang. Kami dengan tidak sabar langsung mencoba semua makanan yang tersedia. Setelah mencoba, kami agak kecewa karena Pad Thai yang disajikan terasa hambar. Kami tidak tahu rasa asli Pad Thai (rasa asli Pad Thai di Thailand) karena itu kami tidak protes. Setelah 30 menit, makanan yang tersedia pun habis karena walaupun kurang enak tapi kami sangat lapar. Kami meminta bill tagihan. Begitu bill datang, kami sangat terkejut karena tagihannya membengkak. Harga total makan siang kami sekitar THB 650 atau sekitar IDR 250 ribu. Dengan makanan yang kurang enak serta di pinggir jalan, harga tersebut sudah termasuk kategori terlalu mahal. Kami pun meminta penjelasan harganya satu persatu. Si penjual pun menjelaskannya dengan detail. Memang dari awal, kami sudah salah karena tidak menanyakan harganya terlebih dahulu. Kami pun membayarnya dengan berat hati. Kami merasa terptipu, tapi yasudahlah. Namanya juga pengalaman di negara orang. Nikmati saja.
Berpose di depan Chatuchak Weekend Market.
Untuk melupakan kejadian kemahalan makan, kami langsung menuju ke daerah utama pasar Chatuchak. Kami belanja pakaian, makanan kering untuk oleh-oleh, dan lainnya. Harganya pun cukup murah asalkan pandai memilih. Waktu yang kami habiskan disana mencapai hampir 3 atau 4 jam. Cuaca yang panas dengan matahari yang terik membuat kami merasa capek dan berhenti berbelanja. Sesaat sebelum perjalanan pulang menuju stasiun, saya membeli durian monthong karena saya memang pecinta durian dan penasaran dengan durian disini. Harga durian yang sudah dibuka hampir sama dengan harga durian di pulau Jawa. 3 atau 4 line buah durian besar sekitar THB 300 atau sekitar IDR 120 ribuan. Sekali-kali boleh lah memanjakan diri di negeri orang. Hehehe. Kami semua pun setuju untuk menyantap durian terlebih dahulu di Chatuchak Park. Duriannya cukup lezat, bijinya pun sangat kecil, dan buahnya sangat banyak. Tidak ada lagi yang spesial selain itu semua.
Durian party!!
Setelah 30 menit kami menghabiskan durian, kami akhirnya bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju tujuan berikutnya yaitu mall Platinum yang konon katanya, harganya pun murah-murah terutama untuk urusan fashion. Kami harus turun di stasiun Siam atau Chit Lom yang dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar beberapa ratus meter. Pertama kami sampai di stasiun tersebut, kami mengandalkan Google Maps dari kartu sim yang telah kami beli sebelumnya. Kami mengikuti apa yang maps arahkan. Setelah hampir 15 menit berjalan kaki, kami akhirnya menyadari bahwa GPS di dalam map tersebut tidak jalan. Sangat mengecewakan karena kami membeli kartu sim tersebut memang untuk menavigasi apabila kami nyasar di suatu tempat. Akhirnya kami pun menggunakan cara manual yaitu bertanya kepada orang-orang sekitar. Ternyata selama hampir 15 menit kami menghabiskan waktu untuk berjalan kaki tadi, kami berjalan ke arah yang salah. Kaki kami sudah tidak bisa membohongi kami lagi. Kami sudah cukup lelah untuk perjalanan hari tersebut. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan menuju mall fashion Platinum.

Setelah istirahat beberapa menit, kami melawan rasa capek untuk melanjutkan perjalanan. Berjalan kaki sekitar 20 menit, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Mall Platinum menurut saya mirip dengan BTC di Bandung atau Mangga Dua Square di Jakarta Utara. Memang harganya tidak semurah di Chatuchak tapi sudah cukup murah untuk ukuran mall. Kami akhirnya survey harga dan belanja walaupun sedikit. Hahaha.. Memang tujuan dari hari pertama kami di Bangkok ini adalah belanja. Didekat mall Platinum yang sedang kami singgahi ternyata terdapat night market. Lagi-lagi, kami kalap belanja lagi. LOL.

Hari pertama di Bangkok pun telah usai. Kami pulang dengan beberapa kantung belanjaan kami. Tidak ada kata menyesal untuk hari pertama ini walaupun ada beberapa kejadian mengecewakan. Namun semua itu untuk pengalaman kami karena segala sesuatu yang baru adalah untuk pembelajaran kedepannya, untuk modal dalam memilih sebuah keputusan. Kami senang walau kaki sudah pegal-pegal. Satu kalimat yang ada di benak kami saat itu, "Tidak sabar rasanya ingin menikmati tempat wisata esok hari". Well then, see you on day 2!!!

No comments:

Post a Comment