CGK to DMK
Bangkok memang sudah menjadi tujuan liburan saya dan grup dari lama tapi belum sempat terealisasi karena bentrok jadwal satu sama lain. Tahun ini, kami memiliki kesempatan emas untuk berkunjung kesana karena kami menemukan waktu yang pas untuk berlibur. Tiket pesawat pun kami cari dengan semangat. Bukan hal yang mudah untuk menemukan tiket pesawat murah. Promosi yang ditawarkan oleh para agen kami dapatkan, tapi tidak segampang membalikan tangan. Uang yang tersedia saat itu menjadi kendala, akibatnya tiket selalu kehabisan. Kami mencoba segala cara dari mulai mencoba cek di maskapai langsung pada jam tertentu sampai menanyakan kepada teman-teman yang sudah berpengalaman traveling kesana. Kami hampir saja frustasi bertaruh dengan waktu yang sudah ditetapkan. Waktu pun berjalan semakin mendekati hari H. Kami sempat ingin menyerah untuk membeli tiket reguler yang harganya cukup mahal, yaitu hampir IDR 2 juta untuk pulang pergi per orangnya (memang berencana untuk traveling low budget); sampai akhirnya rezeki kami pun datang. Promosi baru mulai disebarkan oleh para agen. Ada 3 agen yang kami pilih, salah satunya kami jadikan partner apabila mencari tiket pesawat kemana saja karena harga tiket di agen tersebut lebih murah dari yang lainnya, dapat dipercaya, dan servisnya pun cukup memuaskan. Kami mendapatkan tiket CGK- DMK seharga IDR 850 ribu untuk pulang pergi perorangnya. Lebih dari 50% murahnya dari tiket reguler. Kami langsung membeli tiket tersebut tanpa menunggu lagi dan rencana kami untuk liburan ke Bangkok akhirnya terealisasi.Selain mencari tiket pesawat, kami juga harus mencari tempat penginapan. Saya pribadi memilih situs Booking.com (bukan promosi ya) karena di situs tersebut, saya dapat booking terlebih dahulu tanpa ada pembayaran sedikitpun dan gratis biaya pembatalan (apabila terdapat informasi "free cancelation"). Beberapa penginapan pun kami sortir dan akhirnya kami dapat satu penginapan yang sesuai dengan selera kami. Murah, nyaman, bersih, dan tidak banyak aturan. Adalah O'Nidra house, sebuah guest house 5 lantai yang terletak di Surawong road, Bangkok. Tempat ini menyediakan kamar seperti asrama, satu kamar sharing dengan customer lainnya. Kami memilih kamar tersebut karena grup kami memang terdiri dari 4 orang dan tidak ingin terpisah karena masalah kenyamanan dan keamanan. Harga yang kami bayar pun cukup murah yaitu THB 4025 untuk 4 orang dan 4 malam. Jadi seorangnya sekitar THB 251 atau sekitar IDR 95 ribu per malamnya. Cukup murah kan?
Waktu terus berjalan. Hari H pun tiba. Kami semua bergegas berangkat ke bandara Soekarno-Hatta dan tiba pada pukul 3 sore karena jadwal keberangkatan kami pada pukul setengah 5 sore. Ketika sampai dan melihat jadwal keberangkatan, pesawat kami ternyata delay 2.5 jam. Kami pasrah menghabiskan waktu di bandara. Makan, ngobrol-ngobrol, dance, dan aktivitas lainnya kami lakukan di bandara. Sekitar pukul setengah 6 sore, kami memasuki area boarding room. Pihak maskapai pun meminta maaf karena delay dan memberi para penumpang nasi kotak sebagai permintaan maaf. Kami tentu saja cukup senang karena mendapatkan makan malam gratis. Hahaha... Nasi kotak tersebut langsung kami santap sampai habis karena memang sudah cukup lapar setelah menunggu 2.5 jam.
Waktu menunjukan pukul 7 malam, tapi kami pun belum diminta untuk masuk ke dalam pesawat. Ada beberapa penumpang lain yang marah karena tidak ada penjelasan tentang keterlambatan keberangkatan. Kami hanya sibuk dengan diri kami sendiri karena marah pun tidak akan membuat kami semua berangkat. Pihak maskapai kembali meminta maaf melalui pengeras suara karena pesawat kembali delay 1 jam. Sesaat setelah mendapatkan informasi tersebut, kami kembali melakukan aktivitas-aktivitas yang sebelumnya kami lakukan untuk menghabiskan waktu.
Berjam-jam menunggu keberangkatan. |
Setelah sekitar 3 jam perjalanan CGK-DMK, akhirnya kami sampai di DMK. Kami semua turun menuju bagian imigrasi. Pendatang yang masuk ke imigrasi sangat banyak sampai mengantri 5 baris!! Dengan sabar kami menunggu sampai akhirnya berhasil masuk ke dalam area bandaranya. Ada satu hal yang menyita perhatian saya. Pada saat itu sudah pukul 1 malam dan kami harus melewati bagian bea cukai/pengecekan barang yang akan masuk ke kota Bangkok. Begitu masuk ke area bea cukai tersebut, saya tidak melihat satu pun orang yang menjaga. Hanya ada mesin scan barang yang tidak dijalankan di area tersebut. Awalnya saya bingung, takut salah masuk area, tapi petugas setempat membenarkan bahwa pintu keluar harus melewati area tersebut. Kami pun bisa keluar tanpa ada pengecekan barang sama sekali. Aneh bukan? Gimana kalo ada barang-barang aneh ya?
Menunggu antrian di bandara Don Mueang, Bangkok. |
True Move sim card |
Ucapan selamat datang di depan pintu kamar. |
Kamar yang kami tempati. |
Chatuchak Weekend Market
Hari kedatangan kami adalah hari minggu dan kami memutuskan untuk belanja terlebih dahulu di salah satu pasar weekend terkenal di Bangkok yaitu Chatuchak Weekend Market. Untuk menuju ke pasar ini, kami perlu menaiki BTS (Bangkok Mass Transit System). Kami berkonsultasi terlebih dahulu kepada petugas BTS setempat. Sistemnya mirip MRT di Singapura, namun hanya paket yang ditawarkannya saja yang berbeda. BTS memiliki paket untuk turis yang dibuat berdasarkan jumlah trip dan valid untuk 7 hari. Bangkok memberi nama kartu tersebut "Rabbit card". Setelah berdiskusi selama beberapa menit, akhirnya kami memutuskan untuk membeli paket dengan 25 trip selama 7 hari karena kami memprediksikan akan sering menggunakan BTS untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Harga total yang dikeluarkan sekitar THB 3000 untuk 4 Rabbit card. Cukup mahal untuk low budget traveler, tapi kami tidak mempermasalahkannya. Toh, kami pun akan sering berpindah-pindah tempat dari tempat satu ke tempat lainnya.Rabbit card. |
Stasiun Surasak. |
Tidak lama kemudian, kami memutuskan untuk makan siang di pasar ini. Kami memilih makan di pinggir jalan agar dapat aspek authentic-nya. Kami memesan Pad Thai, Ayam goreng 1 ekor, dan juga Mango Sticky Rice. Kami berekspetasi sangat tinggi terutama untuk Pad Thai dan Mango Sticky Rice karena memang 2 makanan tersebut adalah salah satu makanan Thailand yang paling terkenal. Setelah menunggu sekitar 10 menit, makanan pun datang. Kami dengan tidak sabar langsung mencoba semua makanan yang tersedia. Setelah mencoba, kami agak kecewa karena Pad Thai yang disajikan terasa hambar. Kami tidak tahu rasa asli Pad Thai (rasa asli Pad Thai di Thailand) karena itu kami tidak protes. Setelah 30 menit, makanan yang tersedia pun habis karena walaupun kurang enak tapi kami sangat lapar. Kami meminta bill tagihan. Begitu bill datang, kami sangat terkejut karena tagihannya membengkak. Harga total makan siang kami sekitar THB 650 atau sekitar IDR 250 ribu. Dengan makanan yang kurang enak serta di pinggir jalan, harga tersebut sudah termasuk kategori terlalu mahal. Kami pun meminta penjelasan harganya satu persatu. Si penjual pun menjelaskannya dengan detail. Memang dari awal, kami sudah salah karena tidak menanyakan harganya terlebih dahulu. Kami pun membayarnya dengan berat hati. Kami merasa terptipu, tapi yasudahlah. Namanya juga pengalaman di negara orang. Nikmati saja.
Berpose di depan Chatuchak Weekend Market. |
Durian party!! |
Setelah istirahat beberapa menit, kami melawan rasa capek untuk melanjutkan perjalanan. Berjalan kaki sekitar 20 menit, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Mall Platinum menurut saya mirip dengan BTC di Bandung atau Mangga Dua Square di Jakarta Utara. Memang harganya tidak semurah di Chatuchak tapi sudah cukup murah untuk ukuran mall. Kami akhirnya survey harga dan belanja walaupun sedikit. Hahaha.. Memang tujuan dari hari pertama kami di Bangkok ini adalah belanja. Didekat mall Platinum yang sedang kami singgahi ternyata terdapat night market. Lagi-lagi, kami kalap belanja lagi. LOL.
Hari pertama di Bangkok pun telah usai. Kami pulang dengan beberapa kantung belanjaan kami. Tidak ada kata menyesal untuk hari pertama ini walaupun ada beberapa kejadian mengecewakan. Namun semua itu untuk pengalaman kami karena segala sesuatu yang baru adalah untuk pembelajaran kedepannya, untuk modal dalam memilih sebuah keputusan. Kami senang walau kaki sudah pegal-pegal. Satu kalimat yang ada di benak kami saat itu, "Tidak sabar rasanya ingin menikmati tempat wisata esok hari". Well then, see you on day 2!!!
No comments:
Post a Comment