Hello, it is July already! You know what? This is my month! The seventh month! And I'll be live for a quarter of century on this month. Horaaay, I am blessed. Alhamdulillah. :D
By the way, I am going to use Bahasa Indonesia in this post because I'm gonna share about the experience I got from Sydney and it probably could be applied in my own country, Indonesia. Okay, here I go!
Perjalanan pribadi saya ke Sydney sebenarnya murni hanya untuk mengunjungi pacar saya hihi.. Bisa dibilang perjalanan ke Sydney ini adalah salah satu perjalanan paling nekat saya ke luar negeri. Semua hal dimulai dari mengurus visa dadakan (h-3 minggu) sampai ditahan di imigrasi bandara Sydney berhasil membuat saya deg-degan. Walaupun semuanya membuat saya deg-degan, tapi saya senang telah melalui semua itu.
Pacar saya adalah seorang mahasiswi di Macquarie University dan juga seorang pekerja part-time di restoran P*zz*-H*t yang terletak di mall Westfield, Chatswood sewaktu dia berada di Sydney. Seringkali kami membuat janji untuk bertemu di foodcourt mall Westfield tersebut. Ketika saya menunggu, saya melihat sebagian besar orang yang sudah selesai makan disana, pasti akan membawa sisa makanan atau sampahnya untuk dibuang ke tempat sampah yang sudah disediakan oleh pihak manajemen mall. Jadi, ketika mereka selesai makan atau minum, meja yang mereka tinggalkan sudah bersih tanpa harus menunggu petugas kebersihan untuk membersihkan mejanya. Mungkin hal ini bukan hanya terjadi di Sydney karena sayapun pernah melihatnya sewaktu saya pergi ke Perancis. Walaupun mungkin masih ada beberapa orang yang masih tidak melakukan hal tersebut disana, akan tetapi kesadaran diri akan kebersihan dan pola pikir untuk tidak bergantung kepada petugas kebersihan dari sebagian besar penduduk disana patut dijadikan contoh untuk diterapkan kepada masing-masing individu di Indonesia.
|
Penampakan tempat sampah di foodcourt Westfield, Chatswood. |
2. Ticket Vending Machine
Hal yang satu ini sangat mungkin untuk diterapkan di Indonesia. Pemerintah mungkin sudah lama mempertimbangkan untuk membuat
ticket vending machine untuk transportasi umum terutama kereta dan busway (?). Menurut saya, untuk menyediakan
ticket vending machine, kita tidak bisa hanya tergantung kepada pemerintah saja, akan tetapi pola pikir masyarakat juga sangat berpengaruh. Ingat, keberhasilan untuk membangun
smart city sangat tergantung kepada
smart society. Apabila masyarakatnya belum
smart secara pola pikir dan mental, maka
smart city tersebut tidak akan berhasil terwujud. Hal tersebut juga berlaku kepada pengadaan
ticket vending machine. Apabila pemerintah sudah menyediakan barangnya, tetapi pola pikir dan mental masyarakatnya belum siap, maka barang tersebut kemungkinan besar tidak akan dipakai atau lebih parahnya lagi dirusak atau dicorat-coret. (Jangankan
ticket vending machine, monumen Asia Afrika saja di Bandung langsung dicorat-coret selang beberapa hari setelah peringatan acara Asia Afrika. ckck..
Wake up, guys. That's actually our asset!). Apabila pemerintah sudah siap untuk menyediakan
ticket vending machine, prosedur untuk sosialisasinya sudah siap, dan masyarakat juga sudah memiliki pola pikir dan mental yang
smart, maka hal tersebut dapat dijalankan. Apa manfaatnya? Sudah jelas, agar pembelian tiket transportasi umum lebih praktis, lebih hemat waktu, dan lebih adil (harga pasti sesuai peraturan, tidak ada yang secara ilegal menaikkan harga).
|
Membeli tiket? langsung saja ke mesin tanpa harus menunggu petugas. |
3. Fasilitas untuk Pedestrian
Sebenarnya di Indonesia sendiri saya lihat sudah lumayan banyak yang memilih untuk berjalan kaki ke tempat tujuan yang menurutnya dekat. Hal tersebut sangat bagus karena dapat mengurangi polusi dan menjadikan tubuh lebih sehat, tapi di sisi lain, saya juga sering melihat fasilitas pedestrian yang disediakan oleh pemerintah yaitu trotoar, sering kali digunakan sebagai area parkir, area dagang, ataupun jalan untuk kendaraan roda 2. Saya pribadi sangat prihatin terhadap mental masyarakat yang masih melakukan hal tersebut. Memang apabila kita melihat dari sisi mereka, hal tersebut adalah suatu desakan atau kebutuhan yang kepepet. Contoh: alasan tukang dagang melakukan hal tersebut adalah tidak ada tempat yang disediakan pemerintah atau tempat tersebut sangat strategis, dekat dengan yang berjalan kaki (
Hey, you are blocking their way!). Contoh lainnya adalah dari pengendara roda dua yang beralasan "
macet!", "
kendaraan di depan lama majunya!", "
lebih cepat lewat sini!", "
ga masalah selama trotoarnya kosong.", dan alasan lainnya. Akan tetapi, satu hal yang harus kita ingat bahwa fasilitas itu diciptakan atau didisain untuk tujuan tertentu, jadi gunakan sesuai tujuan awal. Contohnya mobil box didisain untuk tujuan logistik jadi gunakanlah untuk tujuan logistik. Memang mobil box bisa digunakan untuk mobil harian tapi pertanyaannya "
Untuk apa? Hal tersebut hanya akan menelantarkan fungsi dari 'box'-nya itu sendiri. Mau dipake buat tempat duduk orang?" toh ada mobil yang khusus digunakan untuk harian. Pergunakanlah sesuai tujuan agar optimal. Begitu halnya dengan trotoar. Trotoar diciptakan untuk pedestrian atau pejalan kaki. Jadi gunakanlah hanya untuk pejalan kaki walaupun bisa dilintasi oleh kendaraan roda dua. Selain dapat mengganggu para pejalan kaki, hal tersebut menandakan bahwa banyaknya yang belum memiliki kesadaran diri akan fungsi dari fasilitas umum yang disediakan (mungkin perlu pembinaan mental. Hehehe..:D). Maka dari itu, saya masukan hal ini ke dalam
list beberapa hal yang dapat dipelajari oleh Indonesia.
|
Bahkan di samping jalan besar pun disediakan jalan untuk pedestrian. |
|
Adapun jembatan yang khusus untuk pedestrian. |
4. Servis Transportasi Umum
Saya lebih sering menggunakan kereta untuk menjangkau berbagai area di Sydney. Ada beberapa opsi sistem pembayaran yang disediakan oleh pihak manajemen. Masyarakat hanya perlu memilihnya sesuai kebutuhan. Berikut beberapa opsi yang ditawarkan:
Pertama adalah
Opal Card yang memiliki sistem seperti kartu isi ulang. Kartu tersebut dapat digunakan pada semua transportasi yang ada di New South Wales seperti
ferry, light rail, kereta, dan bis. Lebih menariknya lagi, setelah pemakaian jumlah tertentu di dalam rentang waktu tertentu (tergantung kepada jenis dari
Opal Card itu sendiri), pemakaian selanjutnya digratiskan sampai waktu yang ditentukan juga. Apabila ingin mengisi ulang kartunya, pengguna dapat melakukannya pada supermarket besar seperti Woolworths. (
Source: https://www.opal.com.au/)
Kedua adalah MyMulti Card. Kartu ini dapat digunakan 7 hari tanpa melihat seberapa sering dan seberapa jauh pengguna berpergian dengan menggunakan fasilitas transportasi umum yang tercakup pada MyMulti Card. Kartu ini memiliki 3 jenis yang berbeda (MyMulti1, MyMulti2, dan MyMulti3). Ketiga jenis kartu tersebut dibedakan berdasarkan jangkauannya.
|
MyMulti3. |
Ketiga adalah Tiket biasa. Tiket biasa ini pun dibedakan berdasarkan usia, jarak, dan transportasi yang digunakan. Setiap transportasi umum memiliki tiketnya sendiri. Kartu ini hanya bisa digunakan satu arah ke arah yang sudah ditentukan sewaktu membeli ataupun dua arah yang sudah ditentukan di hari yang sama dengan hari pembelian.
Beberapa opsi tersebut memberikan masyarakat kebebasan untuk memilih sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Fasilitas umum dengan beberapa opsi akan lebih menarik dibandingkan dengan yang hanya memiliki satu opsi. Tidak hanya disitu, pihak manajemen pun memberikan servis yang terbilang baik seperti memasang CCTV pada setiap transportasi umum, memasang peraturan di dalam transportasi umum itu sendiri sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat, dan juga merawatnya secara berkala.
|
Informasi tentang peraturan maupun bantuan terpasang di setiap sudut kereta. |
Suatu hari, saya berencana untuk pergi ke suatu tempat di Sydney dengan menggunakan kereta karena memang terbiasa menggunakan kereta. Sewaktu saya mau memasuki stasiunnya, ternyata sedang dalam proses perawatan. Proses perawatan tersebut memakan waktu 2 hari. Jadi, selama 2 hari tidak ada kereta yang beroperasi disana. Saya mendadak bingung karena belum pernah menggunakan transportasi umum selain kereta dan walaupun pernah, jalur dan titik stopnya pasti berbeda. Di saat kebingungan, saya melihat ada papan yang bertuliskan transportasi ke arah titik stop yang sama dengan titik stop kereta. Setelah saya mendekat, ternyata ada bis khusus yang disediakan oleh pihak manajemen. Bis tersebut mengantar pelanggan yang biasanya menggunakan kereta ke titik stop yang sama dengan kereta dan yang lebih membuat saya kagum lagi adalah bis tersebut tidak dikenakan tarif alias GRATIS sebagai bentuk kompensasi kepada pelanggan yang terganggu akibat perawatan kereta.
|
Penampakan bis gratis dari pihak manajemen. |
5. Zebra Cross
Zebra Cross? Ada apa dengan Zebra Cross? Hal yang satu ini terdengar sepele tapi apabila teman-teman sadar, di Indonesia ini Zebra Cross hampir kehilangan fungsinya. Kendaraan yang berhenti karena lampu merah seringkali berhenti pas pada Zebra Cross yang ada. Akibatnya pejalan kaki tidak dapat menyebrang di Zebra Cross. Di sisi lain, seringkali pejalan kaki juga tidak menyebrang pada Zebra Cross yang sudah disediakan. Mungkin alasan mereka jauh entah tanggung. Lantas untuk apa Zebra Cross masih dipasang?
Sewaktu saya berada di Sydney, setiap pejalan kaki yang ingin menyebrang pasti menggunakan Zebra Cross (mungkin ada beberapa yang masih tidak menggunakannya) dan setiap kendaraan yang berhenti karena lampu merah, pasti berhenti di belakang Zebra Cross (mungkin juga masih ada tidak melakukan hal tersebut. Hehe.. Who knows?). Selain itu, setiap ada pejalan kaki yang mau menyebrang di Zebra Cross (bukan di lampu lalu lintas), kendaraan pasti mengalah/berhenti dan mempersilahkan pejalan kaki untuk menyebrang terlebih dahulu. Such an amazing culture, isn't it? Maka dari itu, saya berpikir untuk membagi pengalaman ini kepada teman-teman sekalian. Mungkin budaya tersebut bisa diterapkan di negara ini. Toh, bukan hal yang negatif kan?
6. Sosialisasi Tentang Kesehatan
Mungkin tidak semua orang memiliki pengetahuan dasar tentang kesehatan tubuh mereka sendiri. Mungkin tidak semua orang dapat mencari informasi tentang kesehatan. Maka dari itu, harus ada yang mensosialisasikan informasi kesehatan tersebut pada media atau tempat yang sering dikunjungi oleh orang. Saya melihat informasi tentang kesehatan (entah itu cara menjaga kesehatan ataupun cara melawan penyakit, dalam hal ini seperti flu) pada area transportasi umum di Sydney. Terlepas dari informasi tersebut bagian dari iklan atau bukan, hal tersebut telah memberikan edukasi kepada orang yang membaca dan melihatnya. Dengan begitu, pengetahuan tentang kesehatan pun akan bertambah. Ingat, salah satu faktor terpenting dari kesehatan adalah lingkungan sekitar.
|
Sosialisasi menggunakan layar monitor pada stasiun kereta. |
|
Sosialisasi di dalam kereta. |
7. Self Service Payment
Satu hal yang membuat saya agak kampungan sewaktu berada di Sydney adalah Self Service Payment. Selain terkagum-kagum oleh mesinnya (lebay haha..), saya juga awalnya belum tahu cara mengoperasikannya. Maka dari itu saya pun merekamnya secara diam-diam cara menggunakan benda tersebut. :D Mungkin Self Service Payment dapat menjadi pembantu dalam melakukan pembayaran. Dampaknya pun cukup baik seperti lebih efektif tergantung yang mengoperasikannya. Akan tetapi, jangan lupakan faktor budaya dan pola pikir masyarakat. Faktor ini yang menurut saya menentukan apakah Self Service Payment akan berdampak positif dalam artian dapat membantu proses pembayaran agar lebih efektif; atau tidak. Apabila budayanya masih tidak jujur dan pola pikirnya masih takut dalam menggunakan mesin, maka kemungkinan mesin tersebut tidak akan terlalu memiliki dampak seperti yang disebutkan di atas. Akhirnya kembali lagi kepada pola pikir, mental, dan budaya masyarakat itu sendiri.
Mungkin masih banyak lagi yang bisa dipelajari dari Sydney ataupun negara lainnya. Ingat, tulisan ini bukan bermaksud untuk membandingkan antara kedua negara, tetapi untuk membagi pengalaman akan sistem, pola pikir, mental, dan budaya positif dari negara lain (dalam hal ini Sydney, Australia) yang mungkin dapat diterapkan atau setidaknya dicontoh oleh teman-teman di Indonesia agar kita dapat terus memajukan negara ini. Menurut saya, asalkan masyarakatnya memiliki keinginan untuk belajar dan mencoba, serta pihak penyedia fasilitas juga telah memiliki prosedur yang jelas dan mensosialisasikan cara penggunaaan dengan baik dan benar, maka penerapan fasilitas atau sistem yang baru akan terasa dampak positifnya. Jadi, jangan pernah menutup keinginan untuk belajar dan mencoba karena dunia akan terus berubah dari waktu ke waktu. Semangat !!
Terima kasih banyak telah membaca tulisan saya yang satu ini. Sampai jumpa di tulisan saya yang lainnya. :D
Best Regards,
- RP -