Thursday, May 19, 2016

LFL: Diskriminasi penerimaan karyawan (?)

"Don't judge a book by its cover" part.1


Di jaman sekarang ini, apalagi di kota-kota besar di Indonesia, peribahasa di atas sepertinya hanya menjadi salah satu hiasan kumpulan kalimat peribahasa yang ada di dunia ini. Bagaimana tidak, dalam screening penerimaan karyawan di awal saja, sebagian besar perusahaan lebih memilih lulusan universitas ternama (seperti ITB, UNPAD, UI, dan lainnya). Saya tidak mengatakan bahwa lulusan universitas ternama tidak memiliki kualitas yang mumpuni. Saya akui sebagian besar tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia adalah lulusan universitas ternama. Masalahnya adalah dengan adanya image bahwa lulusan universitas ternama pasti lebih unggul daripada universitas yang kurang dikenal, sebagian besar perusahaan (khususnya perusahaan besar) lebih memprioritaskan lulusan universitas ternama dibandingkan universitas lainnya. Pertanyaannya adalah "Apa memang benar bahwa lulusan universitas ternama pasti lebih baik dibandingkan lulusan universitas lainnya?". Saya berani menjawab belum tentu. Kualifikasi seseorang tidak hanya ditentukan dari dimana dia mencari ilmu, tapi juga dari kepribadian atau sering juga disebut soft-skill dari orang tersebut. Kepribadian seseorang dalam mencari ilmu untuk sukses (dalam hal apapun), menjadi salah satu faktor yang tidak kalah penting. Lagipula banyak cara untuk masuk ke universitas ternama as we all know lah ya hahaha... Jadi masuk universitas ternama tidak menjamin akan memiliki kualitas lebih bagus dibandingkan dengan belajar di universitas yang kurang dikenal.


Walaupun begitu, sangat amat disayangkan, sebagian besar perusahaan di Indonesia ataupun mungkin ada juga perusahaan luar negeri yang langsung memberikan tembok/garis merah di tahap awal penerimaan karyawan. Contohnya dengan memberikan persyaratan "diutamakan lulusan universitas ternama" ataupun persyaratan tidak tertulis yang hanya mempertimbangkan lulusan universitas ternama saja. Walaupun mungkin masih ada kesempatan untuk lulusan universitas lainnya, tapi apakah kesempatan itu sama besarnya dengan para lulusan universitas ternama (prioritas)? Mungkin juga ada yang berkata pasti bisa apabila bekerja keras dan bisa menunjukan bahwa memang layak untuk diterima di perusahaan. Saya tanya, bagaimana kita bisa menunjukan kalo kita layak apabila dari pemilihan CV untuk ke tahap tes ataupun wawancara saja sudah dipandang sebelah mata/tidak dipertimbangkan untuk tahap selanjutnya (atau mungkin ada titipan/slot untuk si A,B,C HAHAHA)? Saya tahu perusahaan tidak peduli itu. Tapi apakah mereka menyadari dengan begitu, probabilitas mereka untuk mendapatkan karyawan dengan potensi besar untuk berkontribusi terhadap perusahaan pun semakin kecil?

Mungkin itu hal yang baik di satu sisi karena perusahaan dapat mengevaluasi lebih sedikit kandidat, tapi di sisi lain hal tersebut menjadi hambatan yang cukup besar. Kesempatan para lulusan universitas kurang dikenal lenyap. Mereka bahkan tidak diberi kesempatan untuk menunjukan kualitas mereka. "Apakah lulusan universitas kurang dikenal tidak bisa untuk lebih baik dari lulusan universitas ternama? Apakah para HRD bisa menjamin bahwa lulusan universitas kurang dikenal kualitasnya lebih rendah daripada lulusan universitas ternama?". Bisa jadi salah satu calon karyawan terbaik tidak akan pernah menunjukan taringnya. Bisa jadi potensi besar salah satu calon karyawan akan tersia-siakan. So, my advice is if you want to get the best potential employees for your company, fix up your enrolment system first. Don't discriminate from which university they are. Evaluate from their quality.